Representasi biasanya dipahami sebagai
gambaran sesuatu yang akurat. Representasi
wanita jawa di perantauan yang akan dikaji dalam novel Nona Sekrataris ini yang
merupakan bentuk kajian sosiologi sastra yang dipilih. Hasil analisis akan
dikaji kembali mencakup konteks sosial pengarang, sastra sebagai cermin
masyarakat, dan fungsi sosial sastra.
Novel “Nona Sekretaris”
ditulis oleh Suparto Brata. Beliau pernah hidup berpindah-pindah dengan salah
satunya pernah hidup di Sragen Jawa Tengah. Pada saat menetap di Sragen inilah
mungkin Suparto menemukan ide atau terilhami menulis cerita Sirtu ini, karena
di daerah Sragen dan Jawa Tengah umumnya memang seseorang merantau ke ibukota
merupakan hal biasa, bahkan seakan menjadi budaya. Nama
Suparto Brata sudah jadi trademark atau jaminan mutu. Artinya meskipun ini
hanya cerita rekaan atau crita fiksi tidak digarap serampangan. Misalnya akan
menceritakan tentang bepergian pada suatu tempat, bagaimana caranya pada waktu
itu, harus lewat mana, naik kendaraan apa, semua diceritakan secara komplit.
Begitu pula mengenai suatu profesi, apa itu sekretaris, direktur, penari,
koreografer atau bisa juga bagian pemasaran atau mengiklankannya, semua diceritakan dengan
profesional, sehingga profesi-profesi yang dilakukan para peraganya tidak hanya
terkesan seperti “tempelan” atau figuran.
Dalam novel Nona
Sekretaris yang menjadi konteks sosial adalah wanita Jawa di perantauan. Dalam
teks diceritakan bagaimana konflik tokoh Sirtu yang asli wanita Jawa dalam
mengarungi hidup di tengah masyarakat metropolitan ibukota yang sangat beragam
latar belakangnya.
Sumangga dipundownload makalhipun Makalah Kritik Sastra kanthi irah-irahan Representasi Wanita Jawa di Perantauan dalam novel Nona Sekretaris
0 komentar:
Post a Comment