-->
Iklan

SEMANTIK BASA JAWA

Posted by . . .Kuliah Bahasa Jawa. . . on Sunday, June 19, 2011




1.      Sebutkan dan jelaskan beserta contohnya beberapa hal sebagai penyebab perubahan makna!
Jawab :
a.       Faktor Kebahasaan           : Perubahan makna karena faktor kebahasaan berhubungan dengan fonologi, morfologi, dan sintaksis.
Contoh : pada kalimat Herman ngapusi Sapdo, mengandung makna tertentu, dan kalau kalimat itu diubah menjadi Herman diapusi sapdo, maka makna intinya bukan lagi Herman yang ngapusi Sapdo, tetapi Sapdo yang ngapusi Herman
b.      Faktor Kesejarahan           : Perubahan makna karena faktor ini berhubungan dengan perkembangan kata.
Contoh : misalnya terdapat kata rukun, seperti dalam urutan kata rukun tangga (RT) dan rukun warga (RW). Dahulu, urutan kata tersebut dihubungkan dengan kerukunan antar warga, baik antara tetangga dengan tetangga maupun antara warga dengan warga selingkungan dalam satu desa. Kini pengertian itu sedah menjadi institusi resmi, maknanya bukan lagi khusus mengenai soal kerukunan, tetapi sudah lebih luas dari itu.

c.       Faktor sosial          : perubahan makna yang dihubungkan oleh faktor sosial dihubungkan dengan perkembangan makna kata dalam masyarakat.
Contoh : misalnya kata gerombolan yang pada mulanya bermakna orang yang berkumpul atau kerumunan orang, tetapi kemudian kata ini tidak disukaai lagi sebab selalu dihubungkan dengan pemberontak atau pengacau. Kata gerombolan sekarang sudah enggan digunakan, bahkan ditakuti.
d.      Faktor Psikologis  : perubahan makna karena faktor psikologis berhubungan dengan emosi serta kata-kata tabu.
Contoh : pengunaan kata asu. Dahulu makna kata asu dihubungkan dengan binatang berkaki empat yang bisa menggonggong. Kini kalau orang marah, lalu mengatakan “asu!”, maka kata asu bukan lagi nama binatang, tetapi nama panggilan manusia yang menjadi tujuan kemarahan. Dengan kata lain makna kata asu telah berubah.
e.        Faktor Pengaruh Bahasa Asing    : perubahan makna karena faktor ini disebabkan oleh inteeraksi manusia antara sesama bangsa yang tidak dapat dihindarkan
Contoh : misalnya pada kata kursi yang berasal dari bahasa arab kursiyyun yang kemudian dalam bahasa Jawa bermakna kursi, tempat untuk duduk. Tetapi pada kalimat “Para pejabat padha rayahan kursi.” Makna kata kursi bukan lagi tempat untuk duduk, tetapi dikaitkan dengan jabatan.
f.       Karena Kebutuhan Kata yang Baru          : perubahan makna karena faktor ini dapat dijelaskan dari segi kebutuhan pemakai bahasa bahwa pemikiran manusia terus berkembang sesuai kebutuhan. Kebutuhan tersebut membutuhkan kata atau istilah baru karena bahasa merupakan alat komunikasi.
Contoh : pada kata bui, penjara, tutupan diganti dengan lembaga pemasyarakatan

2.      Jelaskan yang dimaksud dengan sinonim, antonim, homonim, homograp, hipernim dan hiponim, polisemi beserta contohnya dalam bahasa Jawa!
Jawab  :
a.       Sinonim adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti atau pengertian yang sama atau mirip. Sinomin bisa disebut juga dengan persamaan kata atau padanan kata. Contoh : mati = seda, mangan = dhahar.
b.      Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim disebut juga dengan lawan kata. Contoh : apik >< elek, dawa >< cendhak.
c.       Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Contoh : sekar ‘kembang’ dan sekar ‘tembang’
d.      Homograp adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafalnya sama. Contoh : lempeng ‘kayu’ dan lempeng ‘lurus’
e.       Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya. Sedangkan hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim. Umumnya kata-kata hipernim adalah suatu kategori dan hiponim merupakan anggota dari kata hipernim. Contoh : hipernim lara, hiponimnya mumet, watuk, pilek, lsp.
f.       Polisemi adalah kata-kata yang memiliki makna atau arti lebih dari satu karena adanya banyak komponen konsep dalam pemaknaan suatu kata. Contoh : Satu kata seperti kata "kepala" dapat diartikan bermacam-macam walaupun arti utama kepala dalam bahasa Indonesia adalah bagian tubuh manusia yang ada di atas leher. Contohnya digunakan pada kepala sekolah ‘pemimpin’, saben kepala kudu bayar upeti ‘kepala berarti individu’, Juang lagi gawe kepala surat ‘kepala berarti bagian dari surat’.

DAFTAR PUSTAKA
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta : Rineka Cipta

Previous
« Prev Post

Related Posts

12:02 PM

0 komentar:

Post a Comment