1. Sebutkan
dan jelaskan beserta contohnya beberapa hal sebagai penyebab perubahan makna!
Jawab
:
a. Faktor
Kebahasaan : Perubahan makna
karena faktor kebahasaan berhubungan dengan fonologi, morfologi, dan sintaksis.
Contoh : pada
kalimat Herman ngapusi Sapdo,
mengandung makna tertentu, dan kalau kalimat itu diubah menjadi Herman diapusi sapdo, maka makna intinya
bukan lagi Herman yang ngapusi Sapdo,
tetapi Sapdo yang ngapusi Herman
b. Faktor
Kesejarahan : Perubahan makna
karena faktor ini berhubungan dengan perkembangan kata.
Contoh :
misalnya terdapat kata rukun, seperti
dalam urutan kata rukun tangga (RT)
dan rukun warga (RW). Dahulu, urutan
kata tersebut dihubungkan dengan kerukunan antar warga, baik antara tetangga
dengan tetangga maupun antara warga dengan warga selingkungan dalam satu desa.
Kini pengertian itu sedah menjadi institusi resmi, maknanya bukan lagi khusus
mengenai soal kerukunan, tetapi sudah lebih luas dari itu.
c. Faktor
sosial : perubahan makna yang
dihubungkan oleh faktor sosial dihubungkan dengan perkembangan makna kata dalam
masyarakat.
Contoh :
misalnya kata gerombolan yang pada
mulanya bermakna orang yang berkumpul atau kerumunan orang, tetapi kemudian
kata ini tidak disukaai lagi sebab selalu dihubungkan dengan pemberontak atau
pengacau. Kata gerombolan sekarang
sudah enggan digunakan, bahkan ditakuti.
d. Faktor
Psikologis : perubahan makna karena
faktor psikologis berhubungan dengan emosi serta kata-kata tabu.
Contoh :
pengunaan kata asu. Dahulu makna kata
asu dihubungkan dengan binatang
berkaki empat yang bisa menggonggong. Kini kalau orang marah, lalu mengatakan “asu!”, maka kata asu bukan lagi nama binatang, tetapi nama panggilan manusia yang
menjadi tujuan kemarahan. Dengan kata lain makna kata asu telah berubah.
e. Faktor Pengaruh Bahasa Asing : perubahan makna karena faktor ini
disebabkan oleh inteeraksi manusia antara sesama bangsa yang tidak dapat
dihindarkan
Contoh :
misalnya pada kata kursi yang berasal dari bahasa arab kursiyyun yang kemudian
dalam bahasa Jawa bermakna kursi, tempat untuk duduk. Tetapi pada kalimat “Para
pejabat padha rayahan kursi.” Makna kata kursi bukan lagi tempat untuk duduk,
tetapi dikaitkan dengan jabatan.
f. Karena
Kebutuhan Kata yang Baru :
perubahan makna karena faktor ini dapat dijelaskan dari segi kebutuhan pemakai
bahasa bahwa pemikiran manusia terus berkembang sesuai kebutuhan. Kebutuhan
tersebut membutuhkan kata atau istilah baru karena bahasa merupakan alat
komunikasi.
Contoh : pada
kata bui, penjara, tutupan diganti dengan lembaga pemasyarakatan
2. Jelaskan
yang dimaksud dengan sinonim, antonim, homonim, homograp, hipernim dan hiponim,
polisemi beserta contohnya dalam bahasa Jawa!
Jawab :
a. Sinonim adalah
suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti atau
pengertian yang sama atau mirip. Sinomin bisa disebut juga dengan persamaan
kata atau padanan kata. Contoh : mati = seda,
mangan = dhahar.
b.
Antonim adalah
suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim disebut juga dengan
lawan kata. Contoh : apik >< elek,
dawa >< cendhak.
c. Homonim adalah
suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama.
Contoh : sekar ‘kembang’ dan sekar ‘tembang’
d. Homograp adalah
suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafalnya sama. Contoh : lempeng ‘kayu’ dan lempeng ‘lurus’
e.
Hipernim adalah
kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum
dari penyebutan kata-kata lainnya. Sedangkan hiponim adalah
kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim. Umumnya kata-kata hipernim
adalah suatu kategori dan hiponim merupakan anggota dari kata hipernim. Contoh
: hipernim lara, hiponimnya mumet, watuk, pilek, lsp.
f. Polisemi adalah
kata-kata yang memiliki makna atau arti lebih dari satu karena adanya banyak
komponen konsep dalam pemaknaan suatu kata. Contoh : Satu kata seperti kata
"kepala" dapat diartikan bermacam-macam walaupun arti utama kepala dalam
bahasa Indonesia adalah bagian tubuh manusia yang ada di atas leher. Contohnya
digunakan pada kepala sekolah
‘pemimpin’, saben kepala kudu bayar upeti
‘kepala berarti individu’, Juang lagi
gawe kepala surat ‘kepala berarti bagian dari surat’.
DAFTAR
PUSTAKA
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta :
Rineka Cipta
Sinonim,
Antonim, Homonim, Homofon, Homograf, Polisemi, Hipernim, dan Hiponim. 2008. Diakses dari www.ivanlanin.posterous.com.
Pada 11 Juni 2011.
0 komentar:
Post a Comment